Jemarimu.id – Banyak orang belum menyadari bahwa rendahnya literasi keuangan perempuan bisa membawa dampak besar, bukan hanya bagi individu, tapi juga keluarga dan masyarakat. Di Indonesia, masih banyak perempuan yang belum memahami cara mengatur keuangan dengan benar. Padahal, kemampuan ini sangat penting untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan finansial jangka panjang.
Literasi keuangan bukan sekadar tahu cara menabung atau membayar tagihan tepat waktu. Lebih dari itu, literasi keuangan berarti paham bagaimana mengelola uang, membuat perencanaan, mengambil keputusan finansial, dan memahami risiko. Ketika hal ini tidak dimiliki, perempuan bisa terjebak dalam pola keuangan yang tidak sehat dan sulit berkembang secara ekonomi.
1. Ketergantungan Finansial yang Berkepanjangan
Salah satu dampak rendahnya literasi keuangan perempuan yang paling umum adalah munculnya ketergantungan finansial. Banyak perempuan yang akhirnya bergantung penuh pada pasangan, orang tua, atau pihak lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketergantungan ini membuat perempuan kurang memiliki kontrol terhadap keuangannya sendiri.
Padahal, kemandirian finansial penting agar perempuan bisa membuat keputusan hidup tanpa tekanan. Jika perempuan tidak memahami cara mengatur uang, mereka akan kesulitan mengantisipasi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau perceraian. Di sinilah literasi keuangan menjadi pondasi utama untuk membangun rasa aman dan percaya diri.
2. Risiko Terjebak Utang yang Tidak Produktif
Kurangnya pengetahuan keuangan juga sering membuat perempuan mudah tergoda mengambil utang konsumtif. Banyak yang menggunakan kartu kredit tanpa perencanaan, mengambil pinjaman online tanpa menghitung bunga, atau membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran utang yang sulit diatasi.
Untuk keluar dari situasi ini, perempuan perlu memahami cara hidup tanpa hutang. Hidup tanpa utang bukan berarti tidak boleh berutang sama sekali, tetapi tahu kapan utang dibutuhkan dan bagaimana mengelolanya dengan bijak. Utang yang baik adalah utang produktif—misalnya untuk modal usaha atau pendidikan—bukan untuk gaya hidup konsumtif.
3. Tidak Memiliki Dana Darurat dan Tabungan
Perempuan dengan literasi keuangan rendah sering kali tidak memiliki tabungan atau dana darurat. Semua penghasilan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tanpa ada rencana jangka panjang. Ketika terjadi keadaan darurat, mereka terpaksa berutang atau menjual aset berharga untuk menutup kebutuhan.
Padahal, memiliki dana darurat adalah langkah dasar dalam manajemen keuangan pribadi. Dana ini berguna untuk menghadapi situasi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau kebutuhan mendesak lainnya. Idealnya, dana darurat setidaknya setara dengan tiga hingga enam bulan pengeluaran rutin.
4. Sulit Merencanakan Masa Depan Finansial
Tanpa pemahaman finansial yang baik, perempuan akan kesulitan membuat rencana keuangan jangka panjang. Misalnya, menyiapkan dana pendidikan anak, membeli rumah, atau menyiapkan dana pensiun. Akibatnya, masa depan terasa tidak pasti dan penuh tekanan.
Dampak rendahnya literasi keuangan perempuan juga terlihat dalam kebiasaan menunda investasi. Banyak yang merasa investasi hanya untuk orang kaya, padahal ada banyak instrumen yang bisa dimulai dengan modal kecil, seperti reksa dana atau emas. Dengan literasi yang baik, perempuan bisa belajar merencanakan keuangan untuk masa depan tanpa rasa takut.
5. Rentan Terhadap Penipuan Keuangan
Daftar Broker Forex
Daftar Market Kripto
Investasi dan trading berisiko tinggi. Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Keputusan investasi adalah tanggung jawab Anda. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul.


















