trading bersama fbs
Artikel Kripto

Risiko Investasi Stablecoin yang Perlu Kamu Ketahui

Pelajari risiko investasi stablecoin sebelum kamu terjun ke dunia kripto. Pahami potensi bahaya dan cara menghindarinya!

JurnalForex.com – Stablecoin semakin populer sebagai aset kripto yang dianggap lebih stabil dibandingkan dengan mata uang kripto lainnya seperti Bitcoin atau Ethereum. Namun, di balik kestabilannya, ada risiko investasi stablecoin yang tidak boleh kamu abaikan. Jika kamu berencana menaruh dana di aset digital ini, memahami risiko-risikonya sangat penting agar tidak salah langkah dalam mengambil keputusan finansial.

Apa Itu Stablecoin?

Investasi kripto bersama tokocrypto
Iklan [klik pada gambar]

Stablecoin adalah aset kripto yang dirancang untuk memiliki nilai tetap, biasanya dipatok ke mata uang fiat seperti dolar AS (USD), euro, atau bahkan komoditas seperti emas. Tether (USDT), USD Coin (USDC), dan Binance USD (BUSD) adalah beberapa contoh stablecoin yang paling dikenal. Keunggulan utamanya adalah kestabilan harga, yang membuatnya menarik untuk digunakan dalam perdagangan kripto dan sebagai alat lindung nilai saat pasar kripto sedang volatil.

Namun, jangan terkecoh oleh nama “stable” dalam stablecoin. Meskipun nilainya cenderung stabil, tetap ada risiko investasi stablecoin yang perlu kamu waspadai.

Jenis Risiko Investasi Stablecoin

1. Risiko Kegagalan Penerbit

Salah satu risiko investasi stablecoin yang paling nyata adalah potensi kegagalan penerbit stablecoin itu sendiri. Banyak entitas swasta mengeluarkan stablecoin tanpa selalu bersikap transparan dalam mengelola cadangan aset mereka. Tether sempat menarik sorotan karena mereka tidak sepenuhnya mendukung stablecoin dengan dolar AS secara fisik, melainkan dengan campuran obligasi dan aset lainnya. Jika penerbit mengalami kebangkrutan atau menghadapi masalah hukum, nilai stablecoin bisa langsung anjlok.

2. Risiko Teknologi dan Keamanan

Sebagai aset digital, stablecoin menghadapi kerentanan terhadap serangan siber, bug dalam smart contract, atau kesalahan pada sistem blockchain yang mereka gunakan. Walaupun beberapa stablecoin telah diintegrasikan dengan teknologi layer 2 blockchain untuk mempercepat transaksi dan mengurangi biaya, celah keamanan tetap bisa terjadi. Jika kontrak pintar (smart contract) yang mendasari stablecoin memiliki celah keamanan, pihak tak bertanggung jawab bisa mencuri dana kamu tanpa bisa kembali.

3. Risiko Regulasi

Regulasi terhadap aset kripto, termasuk stablecoin, masih terus berkembang dan berbeda-beda di tiap negara. Beberapa negara melarang atau membatasi penggunaan stablecoin. Jika regulator suatu negara memutuskan untuk melarang stablecoin tertentu atau menindak penerbitnya, maka nilai dan likuiditas stablecoin tersebut bisa terpengaruh drastis. Hal ini bisa membuat kita kesulitan menarik dana atau memperjualbelikan aset tersebut.

DISCLAIMER
Investasi dan trading berisiko tinggi. Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Keputusan investasi adalah tanggung jawab Anda. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *