Jemarimu.id – Pasar mata uang kembali fokus pada pasangan USD/JPY yang menghadapi volatilitas di tengah spekulasi kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ) dan pengaruh data ekonomi Amerika Serikat. Investor dan trader secara hati-hati mencermati langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral serta data ekonomi terbaru dari kedua negara ini, karena pergerakan USD/JPY dapat menjadi penentu arah pasar dalam jangka pendek.
Produksi Industri Jepang Jadi Pusat Perhatian
Baru-baru ini, laporan produksi industri Jepang untuk Agustus menunjukkan penurunan tajam sebesar 3,3% dibandingkan tahun sebelumnya, membalikkan kenaikan serupa pada bulan Juli. Angka ini cukup mengejutkan dan meningkatkan keraguan atas kemungkinan kenaikan suku bunga BoJ pada kuartal terakhir 2024. Penurunan produksi industri yang berkelanjutan dapat menjadi sinyal lemahnya permintaan sektor manufaktur, yang berkontribusi besar pada ekonomi Jepang, terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja.
Dengan sektor manufaktur yang menyerap sekitar 15% tenaga kerja Jepang, penurunan produksi ini dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga melalui stagnasi upah. Akibatnya, belanja konsumen yang lebih rendah bisa memperlambat laju inflasi, melemahkan argumen untuk kenaikan suku bunga. Semua ini menambah ketidakpastian mengenai apakah BoJ akan mengambil langkah menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Sentimen Pasar terhadap BoJ: Kapan Kenaikan Suku Bunga Akan Terjadi?
Deputi Gubernur BoJ, Ryozo Himino, baru-baru ini menegaskan bahwa bank sentral akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga jika kondisi ekonomi terus membaik sesuai proyeksi. Namun, dengan adanya penurunan produksi industri dan inflasi yang mungkin tidak sejalan dengan harapan, BoJ dapat memilih pendekatan yang lebih hati-hati. Pasar juga mencermati komentar dari Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, yang menekankan bahwa pemerintah tidak akan campur tangan dalam kebijakan moneter BoJ, memastikan independensi bank sentral.
Ini menjadi sinyal penting bagi investor, karena ekspektasi kenaikan suku bunga bisa jadi ditunda lebih lama, tergantung pada data ekonomi mendatang. Jika produksi industri terus melemah, USD/JPY berpotensi naik ke level 151, sementara revisi positif dapat menekan pasangan mata uang ini di bawah 149.
Dampak Data Ekonomi AS: Ekspektasi Inflasi dan Jalur Suku Bunga The Fed
Selain faktor domestik di Jepang, pergerakan USD/JPY juga dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi konsumen di AS dan data manufaktur dari Empire State. Setelah data inflasi September dirilis, ekspektasi inflasi diperkirakan akan turun sedikit dari 3,0% menjadi 2,9% di bulan September. Jika ekspektasi inflasi di AS lebih rendah dari perkiraan, hal ini dapat memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak perlu menaikkan suku bunga secara agresif.
Sebaliknya, jika inflasi lebih tinggi dari yang diantisipasi, The Fed mungkin akan mempertahankan pendekatan hawkish, meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada akhir tahun ini. Perubahan kebijakan suku bunga The Fed akan menjadi salah satu faktor utama yang menentukan arah USD/JPY dalam beberapa bulan mendatang.