Jemarimu.id – Risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dirilis pada Rabu, 28 Mei 2025, mengungkap kekhawatiran di kalangan pejabat Federal Reserve. Mereka semakin waspada terhadap kemungkinan menghadapi “kompromi sulit.” Situasi ini bisa terjadi jika inflasi tetap tinggi sementara prospek pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja mulai melemah. Kenaikan tarif serta ketidakpastian arah kebijakan fiskal menjadi fokus utama perdebatan. Hal ini menempatkan The Fed dalam dilema serius terkait arah kebijakan suku bunga.
Pertemuan yang berlangsung pada 6–7 Mei menegaskan bahwa kebijakan moneter saat ini tetap berada pada posisi “cukup ketat.” The Fed pun tetap mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,5%. Meskipun tingkat suku bunga tidak berubah, risalah tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran yang mendalam. Kekhawatiran itu berkaitan dengan arah kebijakan perdagangan dan dampaknya terhadap inflasi.
Ketidakpastian Tarif dan Risiko Inflasi Berkepanjangan
Pemerintah memberlakukan tarif terhadap mitra dagang utama, termasuk Tiongkok, yang sempat memicu inflasi dalam beberapa tahun terakhir. Dalam konteks ini, The Fed dalam dilema karena harus menghadapi dua kekuatan ekonomi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, mereka harus menekan inflasi yang berpotensi memburuk akibat biaya impor yang lebih tinggi. Di sisi lain, mereka juga harus mempertimbangkan risiko dari pengetatan moneter yang terlalu agresif. Kebijakan seperti itu bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan memicu pelemahan pasar tenaga kerja.
Para peserta rapat menyoroti bahwa ketidakpastian terkait kebijakan fiskal dan perdagangan telah meningkat. Oleh karena itu, pendekatan hati-hati kini dianggap paling tepat hingga dampak ekonomi dari kebijakan pemerintah menjadi lebih jelas. Meski inflasi masih dalam batas yang dapat dikendalikan, ada kekhawatiran bahwa tekanan harga bisa kembali meningkat jika situasi tarif memburuk.
Menariknya, sesaat setelah pertemuan, ketegangan tarif antara AS dan Tiongkok mulai mereda, dengan kedua negara sepakat untuk mencabut sebagian bea masuk dan membuka kembali jalur negosiasi selama 90 hari. Pasar keuangan menyambut kabar ini secara positif. Namun, pelaku pasar tetap waspada terhadap arah kebijakan moneter selanjutnya, yang tercermin dari naiknya imbal hasil obligasi.
Dilema Suku Bunga di Tengah Tekanan Politik dan Pasar
Presiden AS saat ini, Donald Trump, secara terbuka mendorong Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga, dengan alasan perlunya mendukung pertumbuhan di tengah ketegangan dagang global. Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa tekanan politik tidak akan memengaruhi keputusan bank sentral.Komitmen terhadap independensi kebijakan menjadi prinsip utama dalam menjaga kredibilitas The Fed.
Daftar Broker Forex
Daftar Market Kripto
Investasi dan trading berisiko tinggi. Kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Keputusan investasi adalah tanggung jawab Anda. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul.