Jemarimu.id – Inflasi di Inggris mengalami penurunan yang signifikan pada bulan September 2024, mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir sebesar 1,7%. Penurunan ini lebih rendah dari ekspektasi para ekonom, yang sebelumnya memperkirakan inflasi akan berada di angka 1,9%. Data terbaru ini menunjukkan bahwa inflasi Inggris telah kembali berada di bawah target Bank of England (BoE) sebesar 2% untuk pertama kalinya sejak April 2021.
Turunnya inflasi ini memiliki dampak besar terhadap pasar keuangan, terutama pada nilai tukar pound sterling yang melemah. Para pedagang kini meningkatkan spekulasi bahwa Bank of England akan melanjutkan pemangkasan suku bunga guna mendukung perekonomian di tengah inflasi yang lebih rendah dari target.
Mengapa Inflasi Inggris Turun?
Penurunan inflasi Inggris pada September 2024 terutama disebabkan oleh turunnya harga tiket pesawat dan bahan bakar, seperti bensin. Penurunan harga-harga ini berkontribusi pada melambatnya kenaikan harga konsumen secara keseluruhan, sehingga menekan laju inflasi. Pada bulan sebelumnya, Agustus 2024, inflasi tercatat sebesar 2,2%, namun kini turun menjadi 1,7%, yang berarti tekanan harga dari sektor konsumsi berkurang secara signifikan.
Kantor Statistik Nasional Inggris merilis data yang mengejutkan ini pada hari Rabu, yang segera direspon oleh pasar. Melemahnya pound sterling sebesar 0,6% terhadap dolar AS menjadi $1,30 mencerminkan sentimen pasar terhadap prospek ekonomi Inggris yang melambat. Selain itu, penurunan inflasi ini memberikan peluang bagi Bank of England untuk lebih agresif dalam memangkas suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
Peluang Penurunan Suku Bunga oleh Bank of England
Inflasi yang turun di bawah target BoE menambah tekanan bagi bank sentral untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut. Bank of England sebelumnya telah memangkas suku bunga sebesar seperempat poin pada bulan Agustus 2024, dan ada peluang besar untuk pemangkasan lebih lanjut pada pertemuan mereka di bulan November dan Desember tahun ini. Sebelum rilis data inflasi ini, para pedagang memperkirakan peluang dua kali pemangkasan suku bunga pada akhir tahun hanya sekitar 50%. Namun, setelah inflasi Inggris turun, probabilitas penurunan suku bunga meningkat hingga 75%.
Kondisi ini jelas menunjukkan bahwa Bank of England mungkin harus bertindak lebih cepat dalam mengambil langkah kebijakan moneter. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mendukung konsumsi dan investasi, sekaligus mengimbangi dampak negatif dari pelemahan pound serta penurunan inflasi.
Dampak terhadap Kebijakan Fiskal dan Politik
Angka inflasi yang rendah juga memiliki dampak pada kebijakan fiskal pemerintah Inggris. Pemerintahan Perdana Menteri Sir Keir Starmer dan Menteri Keuangan Rachel Reeves tengah mempersiapkan anggaran yang ketat, dengan kemungkinan adanya kenaikan pajak guna menutup kekurangan dana sebesar £40 miliar. Dengan inflasi yang menurun, pemerintah dapat menemukan sedikit ruang bernapas untuk merencanakan kebijakan fiskal yang lebih seimbang tanpa harus terlalu khawatir terhadap tekanan harga yang tinggi.